Dilansir melalui Guardian, Sabtu (4/9/2010), Buckyball pertama kali ditemukan 25 tahun lalu oleh sekelompok ilmuwan dari Rice University Texas. Temuan tersebut dikenal sebagai kubah geodesi yang terdiri dari rangkaian bola-bola karbon Buckyball, dinamakan dari nama sang arsitek penemu Richard Bucksminster Fuller.
Sebelum 4 September 1985, para ilmuwan hanya mengetahui dua bentuk struktur karbon murni yaitu intan dan grafit. Lalu pada tahun 1985 ditemukan struktur baru dari karbon murni di alam. Struktur molekul baru yang disebut buckyball memiliki pola mirip bola sepak yang terdiri atas 20 heksagon (segienam) dan 12 pentagon (segilima).
Molekul tersebut terdiri atas 60 atom karbon dengan simbol kimia C60 dan Buckminster Fuller merancang kubah dengan struktur mirip molekul baru tersebut ketika berlangsung pameran di Montreal pada tahun 1967. Molekul karbon dengan struktur mirip bola sepak ini disebut juga dengan nama buckminsterfullerene atau fullerene.
Molekul baru tersebut juga memiliki efek seperti bola, dapat memantul dan berputar. Buckyball dapat berputar 100 juta kali per detik. Molekul ini dapat memantul jika dihempas ke suatu permukaan keras seperti baja. Kemudian jika diremas atau ditekan, molekul akan kembali seperti bentuk semula, seperti bola karet. Dan jika dimampatkan hingga 70 persen dari ukuran aslinya, buckyball menjadi lebih keras dua kali lipat dibanding intan.
Buckyball sendiri akhirnya menjadi lebih terkenal ketimbang buckminsterfullerene sebagai nama panggilan. Para ilmuwan bahkan menyebutnya sebagai buckytubes, nanotube, megatube dan nano onions.
Kimia yang unik dalam keluarga partikel tersebut telah digunakan dalam penelitian produksi elektronik, nanoteknologi dan bidang sains lainnya. (okezone)
No comments:
Post a Comment